Berdasarkan pendataan jumlah penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri pada 31 Desember 2010, Indonesia memiliki 259.940.857 penduduk yang terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Dalam jumlah yang tidak sedikit ini, banyak hal yang harus diseimbangkan terutama dalam ketersediaan lowongan pekerjaan. Pekerjaan merupakan hal yang paling utama karena berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup seseorang. Pekerjaan merupakan sarana dalam pencarian sumber kehidupan manusia. Dengan pekerjaan, manusia dapat mendapatkan sesuatu untuk melangsungkan sekaligus meningkatkan taraf kehidupannya.
Ketersediaan lowongan pekerjaan merupakan masalah yang selalu diperhatikan secara intensif oleh setiap negara. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan lowongan pekerjaan dengan banyaknya calon pekerja sangat berdampak buruk bagi negara. Salah satu dampaknya adalah pengangguran yang merajalela. Dampak ini adalah dampak yang paling utama karena dapat menimbulkan dampak-dampak yang lain seperti penurunan tingkat produktifitas masyarakat, peningkatan tingkat kriminalitas, perkampungan kumuh, dan masalah sosial lainnya. Menurut survey BPS pada Agustus 2010, tingkat pengangguran di Indonesia tercatat 8.319.779 orang. Untuk itu, sangat diperlukan suatu cara dalam rangka penanggulangan jumlah penggangguran yang dapat meningkat setiap tahunnya.
Pengangguran dapat muncul dikarenakan oleh dua hal. Pertama, lowongan pekerjaan yang memang tak mumpuni untuk menerima seluruh calon pekerja yang ada. Di Indonesia, masih banyak sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan karena sangat terbatasnya kesempatan bekerja sehingga tenaga-tenaga profesional belum dapat menggunakan dan menyalurkan potensinya secara optimal. Hal ini dikarenakan oleh kesalahan pemilihan jalur studi. Mahasiswa masa kini belum memperhitungkan peluang kerja dalam prioritas utama mereka. Mereka masih memikirkan egoisme rasa ‘gengsi’ dengan kepopuleran semata. Ada suatu kesenjangan antara jumlah peminat antara jalur studi satu dengan lainnya. Dalam persaingan ketat di jaman modern ini, pemilihan jalur studi yang berpeminat kecil dan berpotensi kerja lah yang paling tepat.
Kedua, adanya kesenjangan antara sumber daya manusia dengan kriteria pekerjaan yang tersedia. Kebanyakan pengangguran berada pada kota-kota besar yang merupakan salah satu dampak urbanisasi. Keinginan memperbaiki nasib di kota tanpa membawa bekal yang cukup berlawanan arah dengan kebutuhan dunia akan profesionalisme kinerja ahli. Dalam pencarian suatu pekerjaan, calon pekerja dihadapkan oleh kemampuan masing-masing individu. Bekerja adalah suatu loyalitas yang harus dipertanggungjawabkan. Tanpa adanya kemampuan yang memadai, calon pekerja akan sulit mendapatkan suatu kepercayaan dari atasan yang mengakibatkan penolakan surat lamaran kerja.
Dalam dunia kerja, terdapat dua macam pekerja yaitu pekerja negeri dan pekerja swasta. Pekerja negeri yang lebih dikenal sebagai pegawai negeri, merupakan pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Wikipedia, 2011). Sedangkan pekerja swasta merupakan pegawai yang tidak dipekerjakan oleh negara atau pekerja yang secara swadaya melakukan tugas dari pekerjaan yang ia tekuni baik yang didirikan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Dari kedua pekerja ini, menjadi seorang pegawai negeri lah yang menjadi target utama dalam mencari pekerjaan. Adanya penerimaan gaji yang konsisten dan jaminan hari tua yang kuat telah sukses meningkatkan jumlah peminatnya.
Berdasarkan keuntungan tersebut, orang tua juga mulai mengarahkan masa depan anaknya kepada profesi yang dianggapnya terjamin itu. Jumlah peminat pada jurusan yang berkaitan dengan pegawai negeri pun meledak. Padahal jumlah kebutuhan akan pegawai negeri juga sangat terbatas. Dengan begitu, peningkatan jumlah pengangguran pun tak terelakkan. Sarjana yang harusnya dapat meningkatkan kualitas negara berangsur-angsur menyumbang peningkatan angka kemiskinan di negaranya sendiri. Pendapatan per kapita yang diharapkan meningkat setiap tahun oleh orang-orang berpendidikan belum lagi dapat tercapai.
Langkah awal perbaikan dalam masalah ini adalah perubahan pola pikir dari ‘belajar untuk mencari pekerjaan’ menjadi ‘belajar untuk membuat pekerjaan’. Ketergantungan terhadap campur tangan pemerintah terutama masalah dana harus diminimalisasi mengingat begitu buruknya pengelolaan dana di Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman yang beranjak sangat modern, harusnya seseorang dapat menciptakan lowongan pekerjaannya sendiri dengan teknologi canggih yang dapat mendukungnya. Berpangku tangan dan menerima belas kasih orang lain tak akan dapat mengubah nasib seseorang. Yang diperlukan adalah kemauan untuk maju. Jadi, pandai melihat peluang dalam kondisi sosial terkini akan membantu mengarahkan kemana usaha akan berkembang.
Perubahan pola pikir ini juga sangat berpengaruh terhadap psikologis anak yang tak tamat sekolah. Tak menjadi pegawai negeri bukanlah kiamat dunia. Pegawai swasta pun bisa mencapai kesuksesan dengan cara yang bermacam-macam uniknya. Meskipun kemungkinan bangkrut memang tak pernah terelakkan mengingat pegawai negeri pun juga mungkin dipecat karena suatu kesalahan. Namun, yang menjadi poin utama adalah bermanfaatnya ilmu yang seseorang miliki untuk orang lain. Sekecil dan sesepele apapun ilmu itu, ia tetaplah ilmu yang harus ditularkan kepada generasi penerus selagi ilmu itu adalah suatu pengetahuan yang ‘positif’.
Dari uraian di atas, strategi yang paling utama dalam mengatasi ledakan pengangguran adalah dalam hal pendidikan. Penekanan pada pengembangan kompetensi peserta didik bukan tidak hanya dapat disampaikan dalam wujud teori saja. Akan tetapi, perlu adanya suatu tindakan dalam rangka penggunaan teori yang telah disampaikan. Kewajiban belajar adalah untuk meningkatkan kemampuan individu yang akan digunakan pada masa depannya. Dengan berbekal teori yang sudah diterima selama bertahun-tahun di bangku sekolah, kretaifitas dan teknologi canggih masa kini, semua dapat dilakukan sehingga peserta didik tidak hanya didoktrin dengan keharusan untuk berkerja pada orang lain. Penciptaan suatu pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain akan menambah arti dari berharganya secuil ilmu.
Bayangkan, jika satu orang pengangguran dapat menciptakan satu pekerjaan dengan merekrut lima orang pengangguran yang lain, lalu lima orang tersebut dapat menerima pelajaran dari pekerjaan mereka sehingga mereka dapat berkreasi untuk menciptakan lapangan kerja baru, yang selanjutnya pegawai dapat merekrut pengangguran lainnya, dan begitu seterusnya, berapa banyak pengangguran yang sudah dapat teratasi? 8.319.779 pengangguran di Indonesia akan kembali dapat mencerahkan hidup mereka masing-masing yang berimplikasi terhadap kenyamanan kehidupan bangsa dan negara.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010, (Online), (http://bps.go.id, diakses 10 Nopember 2011).
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010, (Online), (http://bps.go.id, diakses 10 Nopember 2011).
Susilo, Nina. 2011. Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta, (Online), (http://kompas.com, diakses 10 Nopember 2011).
Wikipedia. 2011. Pegawai Negeri, (Online), (http://wikipedia.com, diakses 10 Nopember 2011).